KETUA FBM ; PATUNG PAKU BUWONO X SANGAT LAYAK MENJADI IKON KOTA SOLO

Penampakan Pengurus FBM Saat Gelar Rapat Rutin Pengurus Harian di Kantor Bersama Sriwedari (16/05/2025)

MAJALAHKISAHNYATA.Com, SOLORAYA– Sebagai kota dengan predikat Kota Budaya, tentu kota Solo atau Surakarta perlu mempunyai ikon yang lebih dari sekedar budaya dalam arti seni saja. Namun lebih dari itu, yaitu sebuah ikon yang mempunyai nilai sejarah dan ketokohan akan esensi budaya dan perjuangan dari budaya itu sendiri.

“Nah berdasar dari hal tersebut, kami melihat bahwa sosok atau tokoh Raja Paku Buwono X (PB X) dari Kraton Kasunanan Surakarta, sangat layak menjadi ikon tersebut. Atau bisa mewakili kota Solo dalam kaitannya akan sejarah serta perkembangan budaya itu sendiri,” ujar Dr. BRM Kusuma Putra S.H, M.H, belum lama ini saat menghadiri acara Rapat Kerja Pengurus Harian Yayasan Forum Budaya Mataram (FBM).

DR BRM KUSUMA PUTRA SH MH (KANAN) BERSAMA RM SOEROJO

Rapat yang berlangsung di Kantor Bersama FBM pada Jumat (16/05/2025) tersebut, memang sudah menjadi agenda rutin dari Yayasan FBM. Setiap menjelang bulan Suro, atau Tahun baru Jawa, Yayasan FBM secara rutin membahas isu-isu budaya ataupun kajian budaya. Sehingga Yayasan tersebut selalu aktif dalam perannya untuk menjaga serta melestarikan budaya Nusantara.

Kusuma Putra yang juga ketua dari Yayasan FBM tersebut, memaparkan bahwa sosok atau tokoh Paku Buwono X sangat layak menjadi ikon kota Solo. Dan bentuknya yang paling mudah atau bisa diapresiasi secara langsung oleh masyarakat luas adalah pendirian patung sosok tersebut di tengah kota. Atau di tempat strategis yang mudah dilihat oleh masyarakat luas.

“Satu hal lagi, bahwa fakta sejarah, kota Solo sebagai kota budaya memiliki hubungan historis yang sangat erat dengan keberadaaan Kraton Surakarta,” lanjutnya lagi.

Sehingga dengan adanya ikon patung tokoh tersebut, tidak hanya meneguhkan Solo sebagai Kota Budaya, akan tetapi juga mampu memberikan visualisasi sejarah kepada para generasi muda. Bahkan tak hanya kepada masyarakat kota Solo saja, namun juga kepada setiap generasi yang bersentuhan dengan kota Solo. Baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terlebih tokoh Paku Buwono X sudah resmi, ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional asal Surakarta. Sehingga secara historis sangat tepat bila dipakai menjadi ikon, atau sebuah monumen patung di Kota Solo.

PAKU BUWONO X ADALAH PAHLAWAN NASIONAL YANG LAYAK MENJADI IKON KOTA SOLO

Disebutkan bahwa, PB X ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, atas jasa dan peran aktifnya dalam perjuangan Pergerakan Nasional. Ia mempelopori pembangunan infrastruktur, sosial ekonomi, kesehatan, pendidikan rakyat, serta pembentukan jati diri bangsa dan integrasi Nasional.

Dalam Pergerakan Nasional, PB X mendukung para pelopor perjuangan Nasional melalui pemberian fasilitas, materi, keuangan, serta moril. Selain itu, ia juga berperan serta membantu pergerakan Budi Utomo dan pendirian Sarekat Dagang Islam.

“Sebagai warga Kota Solo, kita tidak bisa melupakan sejarah asal usul nama Surakarta yang diberikan oleh PB II semasa perpindahan Keraton Mataram Kartasura ke Dusun Sala. Dimana kemudian beralih nama menjadi Negari Surakarta Hadiningrat,” lanjut Kusuma lagi saat berdiskusi dengan para pengurus FBM lainnya.

Begitu pula saat meletus perang melawan kolonialisme penjajahan, sebagai penerus PB II, Sunan Paku Buwono X banyak memberikan sumbangsih sangat besar bagi terwujudnya Negara Republik Indonesia.

Oleh sebab itu usaha untuk mewujudkan patung PB X sebagai  ikon Kota Surakarta, menjadi dasar kesimpulan atau tema wacana dari agenda rapat pengurus harian FBM. Karena hal tersebut memang didasari atas fenomena sejarah yang ada. Dimana pihak Pemerintah RI sendiri, sudah mengkaji secara mendalam semua aspek terkait tokoh PB X. Sehiungga memberi gelar Pahlawan nasional kepada beliau.

Dari usulan tentang Ikon Patung PB X tersebut, diharapkan bisa menjadi kajian para sejarawan ataupun budayawan. Baik yang berada di internal Yayasan Forum Budaya Mataram maupun tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Sehingga akan menjadi bahan rujukan untuk Pemerintah Daerah, jika memang Pemkot Surakarta menyambut positif usulan tersebut.

Ditambahkan oleh Kusuma Putra, bahwa Solo adalah Kota Budaya. Bahkan menjadi Sumber Kebudayaan Jawa yang ada di Nusantara. Sehingga keberadaan Kota Surakarta tak bisa dipungkiri menjadi bagian dari sejarah Keraton Surakarta.

Saat ini kita melihat wajah Solo sebagai Kota Budaya kian hari kian hilang. Bahkan pengembangan pembangunan Kota Surakarta, sebagai Kota Budaya yang seharusnya berpegang pada nilai kearifan lokal, lambat laun juga jarang terlihat.

Akibatnya, tanpa kita sadari budaya masyarakat yang dulu sangat menghargai adi luhung budayanya sendiri, sekarang semakin hilang. Sehingga akan berdampak pada perubahan perilaku dan karakter masyarakatnya.

“Jika hal itu tidak kita sadari bersama, maka generasi muda di masa yang akan datang hanya akan menjadi robot yang mudah dikendalikan untuk kepentingan sesaat. Hal tersebut karena mereka sudah kehilangan jati diri akan asal muasalnya,” terang Kusuma.

Sejarah adalah DNA bangsa. Maka jika sejarah bangsa rusak, maka hilang pula ingatan generasi muda pada asal-usul dan leluhurnya.

Oleh karena itu melalui pembangunan patung pahlawan PB X sebagai ikon budaya di Kota Solo, diharapkan akan dapat memajukan Solo sebagai Kota Budaya di masa yang akan datang. Juga akan membawa dampak positif bagi perkembangan sektor ekonomi, pariwisata dan perdagangan.

Selain usulan pembangunan patung Pahlawan Nasional PB X, beberapa program yang sudah digagas oleh FBM diantaranya adalah festival nasi liwet, diskusi sejarah, dan budaya saat bulan Sura.

Termasuk usulan pembangunan gedung kesenian, pemutaran musik gamelan saat waktu tertentu di instansi, pasar dan Lembaga pemerintah. Juga tentang usulan lahirnya Perda Penulisan Aksara Jawa untuk nama-nama instansi dan lembaga yang ada di lingkungan Kota Surakarta. Serta pemakain pakaian adat Jawa pada saat hari tertentu di sekolah, instansi, serta lembaga pemerintah.

Semua hal itu diusulkan untuk menumbuhkan rasa kecintaan kita pada budaya bangsa, khususnya budaya Jawa yang ada di Kota Surakarta. Sementara itu terkait dengan adanya sekolah swasta berbasis kebudayaan yang ada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta yang sekarang kondisinya memprihatinkan, Kusuma berharap Pemkot Solo turut serta memikirkan hal tersebut.

Yaitu apakah tetap akan dipertahankan keberadaanya menjadi sekolah berbasis kebudayaan, seperti sekolah olah raga, atau dijadikan sebagai Heritage Pendidikan karena memiliki banyak sejarah di dalamnya. (Dia)

BANGKIT DARI KUBUR, SENIMAN KPSR TAGIH JANJI MBAK ASTRID

MAJALAHKISAHNYATA.Com, Solo- Sekitar 56 anggota seniman yang tergabung dalam Keluarga Pelukis Solo Raya (KPSR), berkumpul BACA LEBIH LANJUT.......

SETELAH PANGERAN DIPONEGORO DITANGKAP TERNYATA INILAH SOSOK-SOSOK PENERUS PERJUANGANNYA HINGGA SEKARANG..

BOGOR – Mengetahui ayahandanya ditangkap oleh pasukan Belanda, sosok yang baru menginjak masa remaja ini BACA LEBIH LANJUT.......

WARGA SUKOHARJO PECINTA BUDAYA GELAR UPACARA UMBUL DONGA UNTUK KETUA FBM

SUKOHARJO – Tak disangka warga pecinta budaya asal Sukoharjo, sangat antusias dengan sosok bakal calon BACA LEBIH LANJUT.......

TARIAN SAKRAL INI DIPERCAYA BISA MENOLAK KERUWETAN BANGSA DAN NEGARA… BIKIN MERINDING SAAT DISAJIKAN DI BULAN SURO…

MAJALAHKISAHNYATA.COM, SOLO – Ratusan porsi Jenang Suran (bubur) disajikan dalam sebuah upacara sakral. Yaitu ritual BACA LEBIH LANJUT.......

Inilah Sederet Fakta Yang Belum Menguatkan Solo Sebagai Kota Budaya dan The Spirit Of Java..

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo: Sebutan sebagai kota budaya, sudah lama melekat untuk kota Solo atau Surakarta, Jateng. BACA LEBIH LANJUT.......

About admin 495 Articles
Mapag Pedhut

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*