
SUKOHARJO – Sekitar 1000 bibit pohon ditanam di lereng Gunung Gajah Mungkur pada hari Minggu (12/01/2025) kemarin. Aksi peduli alam ini dilakukan oleh kelompok Pecinta Alam Payung Agung asal Desa Kedungsono, Bulu, Sukoharjo, Jateng. Puluhan relawan dari elemen lainnya juga terlihat dalam aksi tersebut. Lalu seperti apa kegiatan itu?
Walau baru berumur setahun, namun kiprah pecinta alam Payung Agung sangat nyata. Tak hanya hura-hura dalam menikmati alam. Seperti pendakian gunung atau sejenisnya. Namun mereka juga mencintai alam dalam tindakan kepedulian yang nyata.
Seperti kali ini, untuk merayakan hari ulang tahun keberadaan pecinta alam Payung Agung yang pertama. Atau peringatan kelahiran pada 8 Januari 2024 silam, maka mereka mengadakan aksi penanaman 1000 bibit pohon.
“Kami sengaja menanam sekitar 1000 bibit tanaman keras, agar tanah di Gunung Gajah Mungkur bisa awet dalam menyimpan air. Sehingga ekosistim dan kehidupan alam di sekitar Gunung, termasuk pasokan air alam tetap lestari dan terjaga, ujar Agus Fitriyanto, selaku ketua dari pecinta alam Payung Agung dalam kata sambutan sesaat sebelum aksi tanam pohon dimulai.
Ditambahkannya, bibit pohon yang ditanam terdiri dari beberapa jenis seperti pohon Beringin, Buah Jambu, serta Pule. Tanaman tersebut ditanam menyebar di banyak titik. Mulai kaki gunung hingga ke lereng gunung.
“Kita sadar dan ingat akan alam dan lingkungan. Sesuai hukum alam yang berlaku, Karena apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai nantinya,” lanjut Agus disambut tepuk riuh semua relawan yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Aksi dimulai dari titik kumpul di Sendang Kamplok, atau di Dukuh Malangan, Kedungsono, Bulu, Sukoharjo. Hadir juga dalam acara tersebut wakil dari Pemerintah Desa Kedungsono, Camat Bulu, BPBD Kabupaten Sukoharjo, Babinsa setempat, serta puluhan relawan lain.
Seperti Mapala Gan Univet Sukoharjo, IRS, IRB (Independent Resvue Bulu), Barreta, Kampala SMA Veteran Sukoharjo, Terapala SMA I Nguter, Karang Taruna Tri Dharma Kedungsono, Karang Taruna Dharma Bakti Kedungsono, Karang Taruna Muda Pratama Kedungsono, serta relawan Independent lainnya.
Sementara wakil dari Pemdes Kedungsono, yaitu Suradi selaku Sekretaris Desa mewakili Pak Kades yang kebetulan belum bisa hadir, mengaku sangat berterima-kasih kepada semua relawan yang hadir. Terutama kepada Pecinta Alam Payung Agung yang telah ikut merawat, memperbaiki, serta menjaga hutan di Gunung Gajah Mungkur tersebut.
“Di jaman sekarang ini, sangat sulit mencari orang atau pihak yang peduli dengan lingkungan. Bahkan sampai berpikir untuk menanam pohon sebagai pengikat air atau menjaga cadangan air di alam dan lingkungan sendiri,” ujar Suradi.
Sehingga ia mewakili Pemdes Kedungsono, akan terus mendukung, serta siap membantu semua kegiatan warga dan masyarakat terkait pelestarian alam tersebut. Dengan kegiatan itu ia juga berharap bisa menginspirasi semua masyarakat. Baik di wilayah Desa Kedungsono maupun wilayah desa lain agar terus sadar untuk selalu menjaga dan merawat lingkungannya masing-masing.
Senada dengan itu, Camat Bulu Widyanto Setya Wibowo juga mengingatkan akan pentingnya nasib anak cucu kita kelak. Dimana merekalah yang sebenarnya akan merasakan dari dampak tindakan dan sikap kita hari ini terhadap alam dan lingkungan.
Ia mengatakan bahwa kegiatan yang sangat positif tersebut, semoga bisa tetap berlanjut dan rutin untuk terus diadakan. Bahkan kalau bisa, juga menular atau merambah wilayah lain, terutama di wilayah Kecamatan Bulu yang penuh dengan alam serta hutan pegunungan.
“Semoga anak cucu kita nantinya, tetap bisa menikmati alam dan lingkungan dengan penuh nyaman, sehat, serta juga semangat untuk meneruskan tradisi menjaga lingkungan alam ini,” ujarnya.
Kegiatan menanam pohon disebar dalam group-group kecil. Mereka menyebar dan menanam setiap pohon ke titik-titik lubang yang sudah ditandai sebelumnya. Walau hujan gerimis, mereka tampak bersemangat melakukan kegiatan ini hingga menjelang waktu azan azar. (Dia)
Sumber : www.majalahkisahnyata.com
Leave a Reply Batalkan balasan