SOLO – Sebuah senjata tombak yang maha sakti, mulai ditempa di Kampung Sewu, Jebres, Solo, Jateng pada Selasa malam yang sangat sakral (15/08/2023). Pembuatan tombak ini menandai awal rangkaian acara Grebeg Sewu.
Yaitu sebuah tradisi sakral nan unik, di akhir bulan Dzulhijah yang puncaknya akan digelar pada bulan September mendatang (16/09/2023). Yaitu dengan Kirab Gunungan Apem Sewu. Lalu seperti apa proses menempa bahan tombak sakti tersebut?
Menurut Ketua Panitia kegiatan Grebeg Sewu tersebut yaitu Y. Tunjung SN, kegiatan menempa tombak tersebut sebenarnya bersifat dadakan. Bahkan digelar lebih awal dari rencana semula. Hal ini mengingat pitedah atau wangsit yang didapat dari sesepuh kampung.
DIIRINGI TARIAN SAKRAL OLEH GADIS-GADIS MAHASISWI ISI SOLO
“Pembuatan tombak ini berdasarkan nasehat beberapa tokoh atau sesepuh di sini. Bahwa Kampung Sewu harus mempunyai sebuah ikon untuk mendampingi Grebeg Sewu. Sehingga bisa menjadi simbol bersinarnya sebuah wilayah. Sekaligus simbol pengayom secara spiritual,” ujar Tunjung di sela-sela acara rapat para pengurus dan panitia Gerebeg Sewu di Kantor Kalurahan Sewu sesaat sebelum acara menempa tombak dimulai.
Tombak atau Mata Tombak yang ditempa itu, rencananya akan diberi nama Kyai Bolo Sewu. Secara simbolis nama itu bermakna kekuatan yang sangat besar. Karena didukung oleh banyak elemen atau sewu (seribu).
Tentang wujud tombak secara keseluruhan, masih menjadi misteri. Yang pasti pihak panitia, akan memberi kejutan kepada masyarakat saat nanti tombak Bolo Sewu benar-benar sudah jadi lengkap dengan wadahnya.
TOMBAK BOLO SEWU DIHARAP JADI IKON MONUMENTAL KAMPUNG SEWU
Dipimpin oleh Mpu KRT Rony Brodjowosodipuro, beberapa empu milenial dari kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, menempa bahan utama tombak di malam hari. Dengan bersemangat, mereka menempa bagian demi bagian bahan tombak secara bertahap.
“Memang kebetulan, di wilayah kami ketempatan mahasiswa mahasiswi Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Kampus ISI Solo. Harapan kami, para generasi muda di kampung kami juga bisa mengenal akan budayanya sendiri, terutama budaya pembuatan tosan aji sepert tombak ini. Itulah sebabnya kami libatkan para mahasiswa KKN untuk penempaan tombak Bolo Sewu ini,” imbuh Tunjung lagi.
Memang sekarang, entah hanya kekhawatiran atau memang sudah menjadi fenomena umum, banyak generasi muda yang enggan melestarikan budaya atau tradisi sendiri. Padahal dalam tradisi tersebut banyak terkandung makna positif dan beragam kearifan lokal lain.
PARA PENGIRING EMPU MEMASUKI PUNDEN PAMRIH
Dan tentunya masih relevan dengan pembentukan karakter generasi muda. Terutama selaras dengan jati diri bangsa Indonesia. Nah kegiatan menempa tersebut, yang melibatkan unsur pemuda dan pemudi tentu diharap juga bisa menjadi titik awal. Yaitu awal untuk mencintai atau setidaknya mengenal budaya dan tradisi bangsa sendiri.
Dengan bahan bakar alami, yaitu arang kayu yang dibakar, bahan tombak dipanasi hingga membara. Selanjutnya ditempa dengan palu besi secara bergantian. Bahkan semua tokoh desa atau undangan yang hadir, diberi kesempatan untuk ikut menempa bahan atau bilah tombak tersebut.
Kilatan dan cahaya kembang api hasil langsung memercik. Dan menyebar ke segala penjuru saat palu tempa beradu dengan bahan mata tombak yang membara. Pemandangan ini pun menjadi tontonan tersendiri, khususnya bagi warga Kampung Sewu di malam hari tersebut.
RITUAL MEMOHON KESELAMATAN DI PUNDEN PAMRIH
Bahkan suasana ini semakin lama semakin merinding. Hal ini karena selama proses penempaan bahan, juga digelar beberapa tarian sakral dan sesaji khusus beraroma kembang dan dupa Jawa.
Malah sebelum benar-benar memulai proses penempaan tombak, digelar ritual kirab pendek penyerahan bilah atau bahan tombak tersebut. Yaitu dimulai dari jalan depan Kantor Kalurahan Sewu, lalu menuju Besalen outdoor atau ruang penempaan besi. Yang berada tepat di halaman samping timur Kantor Kalurahan Sewu.
Leave a Reply Batalkan balasan