
MAJALAHKISAHNYATA.COM, KARANGANYAR – Sebanyak 78 anak pramuka dengan kidmat mengirab sebuah benda sakral. Yaitu kain bendera Merah Putih sepanjang 78 meter. Menariknya, ada kejadian mistis saat iringan kirab menyusuri jalanan.
Secara mendadak, pasukan pramuka pembawa bendera, berjalan mundur hingga puluhan meter. Sontak saja, masyarakat yang menyaksikan adegan tersebut kaget dan bertanya-tanya. Lantas, benarkah ada kekuatan gaib yang menarik iringan kirab hingga jauh ke belakang?
Lokasi Saat Peserta DItarik Mundur Oleh Kekuatan Gaib (Dok.Surya Putra))
Untuk lebih membangkitkan semangat Patriotisme dan Nasionalisme, Keluarga Besar Surya Putra kembali menggelar sebuah acara penting. Yaitu kirab bendera merah purih sepanjang 78 meter pada hari Senin (14/08/2023). Rute kirab dimulai dari Sendang Rong di Desa Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Jateng.
Sedangkan rutenya, dimulai sekitar pukul 08.00 pagi melewati jalan sekeliling Pabrik Gula Tasikmadu. Dan berakhir di kantor Kecamatan Tasikmadu. Sebelumnya ada rangkaian acara sakral sebelum acara kirab bendera tersebut.
“Diantaranya adalah umbul donga serta penyematan Samir Merah Putih oleh Danramil 02 Tasikmadu di tugu Garuda dalam komplek Sendang Rong,” ujar Ari Surya Putra, selaku pangarsa dari Keluarga Besar Surya Putra.
Menurutnya, sekarang ini banyak yang seperti sudah luntur semangat serta jiwa patriotismenya. Terutama terkait dengan konsep Pancasila yang menjadi dasar negara NKRI. Sehingga diharapkan bisa membangkitkan kembali rasa cinta NKRI dan merah putih. Agar bisa tetap dipertahankan sampai kapanpun.
Rangkaian kegiatan tersebut memang sudah digagas oleh Paguyuban atau Keluarga Besar Surya Putra sejak jauh hari sebelumnya. Bahkan sebenarnya sudah menjadi agenda rutin sejak beberapa tahun sebelumnya.
Termasuk pada tahun sebelumnya, bendera merah putih sepanjang 17 meter juga berhasil dikirab di wilayah Wonogiri. Tepatnya di Dusun Pancasila, Desa Boto, Baturetno, Wonogiri. Lalu mengapa titik awal kirab memilih tempat sendang, yang selama ini mungkin dianggap wingit atau angker oleh masyarakat awam?
Tugu Garuda Pancasila di Sendang Rong Tasikmadu
“Kebetulan di Sendang Rong ini ada Tugu Pancasila. Dan nama dusunnya juga Dusun pancasila. Selain itu dari nilai historis juga menjadi peninggalan atau jejak dari Adipati Mangkunegoro IV,” terang Ari lagi di sela-sela acara kirab bendera merah putih 78 meter tersebut.
Sejak dulu, sendang keramat ini menjadi titik awal perayaan atau upacara Julen. Yaitu proses penggilingan panen tebu menjadi gula. Dan biasanya diisi dengan ritual pernikahan tebu. Juga disambung dengan iring-iringan kirab.
Ritual di sendang dimaksudkan sebagai simbol permohonan atau doa kepada Yang Maha Kuasa. Sehingga semua acara berjalan lancar dan aman. Seperti juga saat ini, Tim dari Keluarga Besar Surya Putra juga memilih sendang Rong sebagai titik awal kegiatan kirab tersebut.
Jika dikaji lebih dalam, sebenarnya sendang, atau tempat-tempat wingit lainnya, merupakan produk asli masyarakat pribumi. Sebagai tempat orang untuk berkumpul di jaman leluhur. Di sana ada ruang budaya, kepercayaan lokal. Tak beda dengan keyakinan agama modern. Hanya sarana untuk memuliakan Tuhan dan bermasyarakat.
Ari Surya Putra Ketua Paguyuban Keluarga Besar Surya Putra
Seperti pohon tua, bangunan punden, sumur, gunung, gua, laut, dan sebagainya adalah merupakan tempat suci. Atau dianggap tempat suci seperti tempat ibadah modern sekarang.
Dalam istilah masyarakat Jawa, tempat-tempat tersebut disebut pedanyangan, atau tempat wingit yang dijaga oleh roh-roh gaib, atau roh leluhur yang sangat dihormati. Yang muaranya adalah berkomunikasi dengan Sang Pencipta Alam Semesta.
“Untuk itulah, untuk membangkitkan kejayaan Nusantara masa lalu, kita perlu mempertahankan budaya asli. Seperti juga menghidupkan kembali tempat-tempat pedanyangan tersebut. Dan tanda-tanda kejayaan itu sekarang memang sudah mulai tampak,” paparnya lagi.
Leave a Reply Batalkan balasan