MAJALAHKISAHNYATA.COM, Sukoharjo– Sambung Rogo Combong- Kurung Damar Murub Pitu, adalah kata dan makna paling singkat untuk ditulis dalam edisi kali ini. Sebuah perjalanan dan proses, dari akulturasi budaya dalam menangkap energi, dan pemaknaan ilmu hakikat kehidupan dan wasilah bambu.
Sambung rogo combong-kurung damar murub pitu, adalah pesan perbaikan raga/tubuh untuk menuju kemantaban diri. Tentu juga dengan pengendalian kekuatan, yang disimbolkan dengan damar kurung. Pitu itu sendiri, bermakna selalu mendapat kemudahan, dan dimudahkan dalam segala langkah dan tujuan.
Tak berlebihan kiranya, makna itu saya tulis sesuai mantiq, dan kunci-kunci ngaji deling serta akulturasi. Sedikit saya ceritakan asal-muasal bambu itu.
Beberapa waktu yang lalu, bambu itu saya ambil dari rumpunnya. Yaitu di sebuah perkampungan suku Trah Kalang. Ya, sejarahnya cukup unik atau eksentrik. Beberapa puluh, dan mungkin ratusan tahun yang lalu, kampung itu dihuni ratusan orang dari komunitas trah kalang. Dan saat ini hanya tak lebih dari 24 orang yang tinggal di sana.
“Ada yang merantau, ada yang meninggal. Ada yang datang dan ada yang pergi.”
Kesunyian kampungnya trah kalang, siang itu terjawab di tulisan Kulturasi Spirit dan Budaya ini.
Ya, tepat di separuh kampung itu, terpagar rumpun bambu. Yaitu di sebelah barat, selatan, hingga membujur ke timur. Ada dua bambu pakem yang saya potong. Lalu saya koleksi dari kampung itu, berdasarkan petunjuk ngaji deling kali ini.
Tak lupa juga saya sampaikan dalam tulisan saya ini. Sebuah langkah menjaga keseimbangan. Yaitu selalu menjaga Apinya (semangat-sejarah) di kampung trah kalang ini. Tepatnya akulturasi spirit dan budaya di kampung trah kalang tersebut.
Kiranya dengan dipotongnya bambu Sambung Rogo combong- Kurung Damar Murub Pitu ini, menjadi penanda. Bahwa doa-doa saya, dan tim ngaji deling dipanjatkan untuk sebuah tujuan kebaikan. Yaitu lestarinya sebuah komunitas kampung kalang. Dan harmoninya, berdampak majunya kampung dengan rahmat sang Pencipta.
Semoga tulisan saya ini, menjadi spirit bagi anak bangsa yang mengerti. Menjadi akulturasi spirit dan budaya, yang menjunjung tinggi, pesan moral moyang dan leluhurnya dalam makna perbaikan.
“Pesan moral yang singkat dalam akulturasi, yang menjadi semangat yang hidup dan menghidupi.”
Sang pencipta selalu ada dalam jiwa yang terkendali.
Aamiin ya robbal Alamin.
By cahyo. (Cahyo/Stringer)
Sumber: www.majalahkisahnyata.com
Leave a Reply Batalkan balasan