
MAJALAHKISAHNYATA.COM, Wonogiri– Salah satu petilasan dari raja Mangkunegoro I, yaitu Raden Mas Said, atau yang dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa, adalah Sendang Sinongko. Terletak di desa Keloran, Selogiri, Wonogiri, Jateng. Selain sendang juga terdapat sebuah batu keramat. Namanya batu Watu Kosek. Seperti apa tuah gaib dari petilasan ini?
Kedua petilasan ini sangat dikeramatkan, baik bagi warga desa setempat maupun dari luar desa. Tak heran setiap bulan Suro, kedua lokasi yang hanya dipisah oleh sebuah bukit kecil itu, sangat ramai dikunjungi. Perkembangan terakhir dari data buku tamu yang ada, banyak pengunjung dari wilayah Jakarta, Sumatera, serta Jawa Timur. Mereka datang untuk bermeditasi, bersemedi, bertirakat, serta ngalap berkah.
“Di luar bulan Suro, biasanya pada malam Selasa Kliwon tempat ini juga ramai dikunjungi,” ujar Suratno (67), seorang warga setempat yang dipercaya menjadi penjaga sendang Sinongko.
Sebelumnya sendang Sinongko dijaga oleh sesepuh desa, yang bernama Samingun yang sejak beberapa tahun lalu telah meninggal. Uniknya setiap penjaga sendang di desa tersebut bukan diteruskan oleh anak, cucu, atau garis keturunan setiap generasi ke generasinya. Melainkan diteruskan oleh wahyu, wangsit, atau petunjuk gaib yang mendatangi warga desa.
Jadi setiap warga yang mendapat petunjuk gaib, biasanya langsung dihubungi oleh anak atau keluarga penjaga sendang yang sudah meninggal, atau menyatakan akan pensiun. Orang yang akan ditunjuk selalu mendapat mimpi gaib. Begitu pula salah satu anggota keluarga dari penjaga sendang yang telah meninggal, juga mendapat petunjuk atau mimpi gaib yang sama.
Dan kesamaan dari setiap penjaga sendang, adalah busana yang terdiri dari ikat kepala blangkon serta sebuah sarung yang sama. Busana kebesaran itu berasal dari penjaga sendang yang pertama kali. Busana tersebut konon merupakan pemberian gaib dari roh leluhur sang tokoh sejarah yang menciptakan jejak petilasan tersebut. Busana itu dipelihara dan selalu diwariskan kepada setiap penjaga sendang berikutnya.
“Sudah empat generasi penjaga sendang selalu berlaku demikian. Termasuk yang terakhir saya juga mendapat mimpi gaib untuk mengambil busana kebesaran itu dari keluarga mbah Samingun,” ujar bapak berputra tiga ini.
Dan benar, ternyata saat ia datang ke rumah keluarga Mbah Samingun, keluarga di sana sudah menunggu dan menyiapkan busana kebesaran tersebut. Rupanya salah satu anggota keluarganya (putra mbah Samingun) juga sudah mendapat mimpi gaib bahwa penerus penjaga sendang adalah Suratno. Jadi begitu calon penjaga sendang baru itu datang mereka sudah tahu dan menyiapkan segalanya sebelumnya.
“Namun karena busana itu sudah uzur dan takut rusak, maka cuma saya simpan rapi dan sekedar dijadikan simbol kepemilikan saja. Untuk sehari-harinya saya bertugas di sini memakai sarung atau ikat kepala yang baru,” lanjut suami dari almarhumah Martini ini.
Baik Sendang Sinongko ataupun Watu Kosek mempunyai cerita asal-usul atau legenda yang menarik. Kedua tempat itu memang saling berkaitan. Menurut cerita legenda yang dipercaya secara turun temurun dari warga desa setempat adalah. Saat dulu Pangeran Samber Nyawa lari dari kejaran pasukan Belanda, ia berhenti di sebuah desa di wilayah Wonogiri.
Di desa itulah ia berhenti bersama dengan beberapa pengikut setianya. Pengikutnya yang berjumlah 40 orang terkenal dengan julukan Pasukan Kawan Dasa Jaya. Mereka merasa sangat kehausan dan kelaparan. Kebetulan di tempat pemberhentian mereka tak ada satupun makanan, atau hewan yang bisa dijadikan makanan.
Leave a Reply Batalkan balasan