
MAJALAHKISAHNYATA.COM, Boyolali– Candi yang satu ini memang bukan candi yang terkenal. Namanya Candi Lawang, terletak di lereng gunung Merapi. Atau di desa Sumbung, Cepogo, Boyolali, Jateng. Tak ada yang unik dalam struktur bangunannya.
Apalagi jika dibandingkan dengan candi Sukuh, candi Cetha, ataupun candi yang lebih besar lain seperti Prambanan atau Borobudur. Namun candi ini dipercaya sebagai pintu gerbang gaib dari kerajaan Majapahit. Dan umurnya dianggap paling tua dari semua candi yang ada di Jateng, yaitu sekitar 750 tahun .
“Itulah makanya dinamakan Candi Lawang (candi pintu/gerbang) oleh leluhur desa kami,” ujar Suyatno (65), penjaga resmi dari Candi Lawang.
Pria yang bertugas di bawah kendali dinas purbakala ini mengungkapkan, bahwa Candi Lawang sudah lama dianggap sebagai benda cagar budaya. Saat pertama kali ditemukan warga, wujudnya hanya batu-batu yang berserakan tidak beratur. Lalu atas prakarsa peneliti dari dinas purbakala, maka berhasil disusun ulang bentuk candi khas peradaban Hindu-Budha.
“Meskipun demikian, proses menyusun ulang itu sangat lama, dan belum selesai hingga sekarang. Jadi kumpulan bahan bangunan candi yang berwujud batu masih berserakan dan dibiarkan apa adanya dulu,” tuturnya.
Oleh warga desa setempat, candi itu disebut sebagai Candi Lawang. Nama itu diberikan begitu melihat hasil candi yang tersusun sementara. Pihak Purbakala sendiri juga tidak keberatan dengan nama itu. Itu artinya, Candi Lawang memang merupakan sebuah candi dengan arti lugas/sebenarnya, ataupun makna tersirat. Makna sebenarnya karena bentuk candi itu memang mirip sebuah pintu atau lawang.
Sedangkan makna tersirat adalah fungsi candi yang dimasa lalu diperkirakan memang hanya berfungsi sebagai simbol pintu gerbang. Namun pintu gerbang yang dimaksud adalah sebuah pintu gerbang gaib dengan makna yang lebih besar. Siapa saja yang masuk melalui candi itu dianggap masuk kerajaan gaib dari kerajaan besar Majapahit.
“Terutama bagi makluk-makhluk gaib yang hendak berkunjung ke Majapahit, di candi lawang inilah gerbang masuknya jika mereka datang dari arah barat,” katanya seperti apa yang dipercayai oleh mayoritas warga desa sejak dulu.
Bahkan hingga sekarang, mereka percaya bahwa kerajaaan Majapahit masih ada dan masih berdiri meskipun dengan versi gaibnya. Mereka juga percaya masih ada tiga pintu gaib lagi di tanah Jawa sebagai gerbang dari kerajaan Majapahit. Ketiga pintu gaib lain itu letaknya di sisi timur, selatan, dan sisi utara dari kerajaan Majapahit.
Jika melihat bentuk sementara dari candi ini, memang tak salah jika namanya Candi Lawang. Dari tampilan sekilas, wujud candi hanya berbentuk tumpukan batu dengan tinggi sekitar 4 meter, lebar 3,5 meter, serta panjang 6 meter. Bangunan menghadap ke arah barat. Di atas bangunan terdapat bangunan yang mirip sebuah pintu masuk jika dari arah barat.
Sementara di balik pintu terdapat sebuah batu lumpang besar. Atau sering disebut batu Yoni (simbol kelamin wanita). Tepat di tengah Lumpang terdapat sebuah lubang atau cekungan yang sedikit aneh. Keanehannya karena di lubang ini selalu terisi air. Meskipun kemarau panjang, lubang tetap berisi kubangan air meskipun tidak penuh. Konon air berasal dari resapan air di bawah yang naik ke atas dan berkumpul di lubang kubangan itu.
“Namun ada juga yang memperkirakan air berasal dari kumpulan tetesan embun di malam hari,” lanjutnya.
Terlepas dari asal air itu, banyak warga dan pengunjung yang meyakini, air yang berkumpul itu bukan air sembarangan. Mereka percaya air tersebut merupakan air suci, karena berasal dengan cara yang tidak lazim dan terkesan gaib. Tanpa ada yang mengisi, tiap hari airnya selalu terisi sendiri. Itulah sebabnya, mereka yakin air tersebut bisa digunakan untuk media pengobatan berbagai penyakit.
Beragam penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan keluhan perut, bisa sembuh setelah meminum air dari lubang itu. Misalnya penyakit diare, masuk angin, typus, kembung, mag, dan-lain-lain konon lebih cepat sembuh daripada diminumi obat medis biasa.
Leave a Reply Batalkan balasan