
MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo– Museum Titik Nol Pasopati Solo kembali mendapat tambahan koleksi benda bersejarah. Yaitu beberapa kaos singlet, milik mantan pelari tercepat Asia asal Indonesia. Dalam kesempatan langkanya, sprinter tercepat se-Asia tenggara itu, Suryo Agung Wibowo mampir ke Museum Titik Nol Pasopati, milik Mayor Haristanto kemarin (05/02/2021).
Sprinter tercepat se-Asia Tenggara itu memang asli dari Solo. Suryo Agung Wibowo sengaja mengunjungi Museum TitikNol Pasoepati di Nusukan Solo. Misinya, selain menengok keberadaan museum, juga menambah koleksi museum itu dengan beberapa benda milik pribadinya.
“Bung Suryo datang sambil membawa tiga singlet bersejarah. Kaos-kaos tersebut pernah menorehkan sejarah penting bagi bangsa Indonesia. Terutama terkait prestasi olahraga di mata dunia,” ujar Mayor Haristanto (61), lewat sebaran rilisnya.
Sebagai pelari tercepat, singlet pertama dipakai saat berada di lintasan 100 meter pada Olimpiade Beijing 2008. Lalu medali Emas PON 2008 di Kaltim. Serta singlet Emas 100 meter pada Seagames tahun 2009 silam di Laos. Kala itu atlit Suryo berhasil memecahkan rekor dengan nilai fantastik. Yaitu 10,17 detik. Hebatnya, rekor tersebut sampai sekarang belum ada yang berhasil memecahkannya.
“Ketiga singlet atau Match Worn (MW) ini, hanya tilik sebentar di museum. Hanya untuk menengok, serta berfoto bareng dengan satu singlet bersejarah, saat merebut medali Emas Seagames Thailand yang sudah sejak tahun 2007 dihibahkan kepada museum ini,” terang Mayor Haristanto.
Singlet Suryo tersebut dianggap pantas untuk mejeng, atau dipajang di museum olahraga. Selain untuk mengenang pahlawan olahraga, dan menumbuhkan semangat pada generasi muda, juga memperkaya khasanah museum Titik Nol sendiri.
Suryo sendiri, pernah hijrah sebagai pemain sepak bola profesional pada tahun 2014. Dan bermain di Persikab Bandung di Divisi Utama Liga Indonesia. Hingga kini masih bermain bola untuk menyalurkan hobinya. Ia sekarang menjadi anggota PNS di Kemenpora sebagai Kasubbid Pengembangan Prestasi Olahraga Daerah.
“Semoga gema dan manfaat museum ini cepat terwujud,” ujar mantan pelari yang lahir pada tanggal 8 Oktober 1983 silam itu sebelum berpamitan. (Med)
Sumber: www.majalahkisahnyata.com
Leave a Reply Batalkan balasan