MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo– Puluhan menu kuliner masakan Jawa disajikan dengan menarik. Aroma dan tampilannya pun sangat menggugah selera. Siapa saja yang mendekat pasti ingin mencicipinya. Tak heran banyak pelanggan menjadi ketagihan. Itulah pesona kuliner yang ditampilkan oleh rumah makan Bakso Kadipolo Solo. Lantas seperti apa, usaha kuliner tersebut mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 sekarang?
Bakso Kadipolo awalnya hanya berwujud warung tenda di pinggir jalan. Atau tepatnya di kawasan Pasar Kadipolo, Solo sekitar tahun 1950 silam. Saat itu pemiliknya dikenal dengan nama Eyang Warso. Baru pada tahun 1967, nama Bakso Kadipolo resmi ditempelkan pada jenis makanan tersebut. Selanjutnya usaha bakso tersebut dikelola oleh para generasi penerusnya.
“Ada Pak Alim yang memilih tinggal di Boyolali. Lalu keturunannya juga ada Bu Hajah Endrat yang membuka usaha kuliner di Solo bersama suaminya,” terang Bono Poerbo (60), Manajer Marketing dari Group Bakso Kadipolo Solo, saat ditemui Selasa siang kemarin (26/01/2021), di Lokasi Bakso Kadipolo, Jalan Ronggowarsito, Solo.
Sosok Alvian Tanjung (51), adalah nama yang sangat dikenal, sebagai pemilik usaha kuliner Bakso Kadipolo saat ini. Dengan ketajaman bisnis, serta balutan nilai-nilai spiritual, sosok ini mampu mengembangkan usaha kuliner Bakso Kadipolo sejak tahun 1996, hingga seperti sekarang. Bahkan di tengah serangan Pandemi Covid-19, ia mampu bertahan. Hebatnya lagi, justru usahanya semakin berkembang dengan bukti penambahan karyawan hingga ratusan orang.
Menurut Bono, saat ini khusus untuk wilayah Solo, Bakso Kadipolo yang berlokasi di Jalan Ronggowarsito No.163, Timuran, Banjarsari, Solo itu memang yang paling dikenal oleh pelanggan. Selain lokasinya strategis di tengah kota, juga sangat kental dengan penyajian yang bercita rasa Jawa. Tak hanya menu masakan Jawa yang tersaji. Suasana santai lesehan, dengan iringan musik keroncong juga bisa ditemui di rumah makan ini.
Di tempat makan tersebut, ada sekitar 35 jenis menu masakan Jawa. Hebatnya, semuanya selalu dimasak baru dan segar setiap harinya. Ada beberapa menu andalan. Diantaranya adalah Ayaman Klamut, Thengkleng Kambing,Pecel Priyayi, serta Gudeg Solo. Selain menu andalan, masih ada puluhan jenis masakan sayur, dan aneka lauk atau snack khas Solo lainnya. Sementara menu utamanya adalah bakso sesuai dengan nama brandingnya, yaitu Bakso kadipolo.
“Untuk baksonya, ada dua pilihan menu yang sama-sama enak gila rasanya. Yaitu bakso biasa dan bakso balungan (iga). Saya jamin deh, rasa keduanya akan bikin lidah ketagihan,” imbuh Alvian Tanjung, yang kebetulan ikut hadir dalam acara silaturahmi dengan beberapa awak media.
Menurut Alvian, bakso di tempatnya memang diolah dengan cara unik. Atau masih mempertahankan resep masakan khas para leluhurnya. Sehingga saat disajikan, menimbulkan sensasi yang benar-benar rasa bakso asli. Kenyal serta gurihnya daging saat digigit dan dikunyah, terus memanjakan lidah hingga akhir.
Ada sedikit bocoran rahasia untuk resep masakan bakso tersebut. Yaitu pada bagian, atau komposisi antara daging dan tepungnya. Sengaja dibuat lebih banyak dagingnya hingga 8%. Dengan komposisi tersebut, rasa baksonya jelas akan sangat berasa benar-benar daging. Sementara rahasia resep yang lain, ada pada kandungan kuah bakso.
“Kami sengaja memilih beberapa jenis tulang, khusus dari bagian sapi, untuk diambil minyak atau lemaknya. Nah dengan lemak itu, kuah bakso akan terasa benar-benar gurih, serta sangat lezat jika menyentuh lidah,” tutur Alvian lagi.
Untuk pilihan jenis dagingnya sendiri, pihak manajemen sengaja tidak mengambil dari pasar secara langsung. Namun sudah menjalin kerja sama dengan pemasok (suplier), yang benar-benar sudah dipercaya. Sehingga kualitas daging pun terjamin, aman, dan tentunya juga halal. Bahkan Bakso Kadipolo juga sudah lama mengantongi sertifikat HALAL dari MUI.
Khusus menu bakso, disajikan dengan terlebih dahulu memesan. Deretan pramusaji cantik dengan seragam rapi, siap melayani dengan ramah kepada semua pengunjung yang ingin memesan menu. Sementara untuk menu masakan Jawa, dibuat dengan layanan prasmanan. Atau pengunjung bisa mengambil sendiri sesuai selera. Dalam bahasa gaul populer orang Jawa, dikenal istilah Pukwe (jupuk dewe) untuk pengganti istilah pramanan tersebut.
Sambil menikmati lezatnya daging bakso, ayam klamut, tengkleng, atau masakan Jawa lainnya, pengunjung bisa menikmati sajian live musik. Yaitu musik keroncong, atau pop yang dimainkan oleh tiga musisi lokal. Suara nyanyian, dengan iringan beberapa alat musik sederhana tersebut, cukup menyempurnakan acara ritual makan, atau kuliner di kedai Bakso Kadipolo.
“Menu bakso biasanya menjelang sore sudah habis. Atau paling mentok menjelang azan magrib sudah ludes,” imbuh Bono lagi.
Leave a Reply Batalkan balasan