MAJALAHKISAHNYATA.COM, Boyolali– Punden yang satu ini bentuknya sangat aneh. Namanya Punden Kalajengking. Yaitu seperti makam manusia, namun besar dan panjangnya sangat tidak umum. Konon, siluman gaib kalajengking raksasa dipercaya menghuni punden ini. Menariknya, gaib siluman yang ini cukup baik hati. Hampir tiap hari dikunjungi orang untuk memohon petunjuk kerejekian. Bahkan dengan ritual di punden ini, diyakini bisa membuat hutang siapa saja bisa lunas dengan cepat. Bener nggak ya?
Nama Punden Kalajengking dikenal warga desa lewat sejarah lesan, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dahulu, seorang tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal atau pendiri desa dikenal sangat sakti. Salah satu kesaktiannya adalah dia memiliki ilmu gaib yang mengadopsi dari binatang kalajengking. Mulai gerakan dan wujudnya, bisa berubah mirip binatang kalajengking. Dengan ilmu tersebut, siapapun musuh yang mengganggu ketentraman desa akan bisa dikalahkan.
“Nama tokoh cikal bakal itu memang tidak diketahui warga dengan pasti. Begitu pula kapan kira-kira masanya. Namun dengan melihat wujud punden yang masih ada, maka warga sepakat menyebutnya dengan nama Mbah Kalajengking atau Kyai Kalajengking,” tutur Anton (55), warga dusun Kelabang, Jatirejo, Sawit, Boyolali, Jateng.
Di tengah desa Kelabang itulah punden Kyai Kalajengking berada. Nama desa Kelabang sendiri, diyakini warga juga dari asal-usul atau nama tokoh cikal bakal desa tersebut. Kelabang dan kalajengking adalah dua nama binatang yang berbeda. Namun keduanya identik, atau memiliki kesamaan, yaitu merupakan hewan berkaki banyak dan dikenal berbisa. Dulunya, nama desa itu memang Kalajengking. Seiring perkembangan jaman, setelah era proklamasi 1945 berganti nama menjadi desa Kelabang.
“Bagi warga sini nama Kalajengking terlalu seram dan identik dengan hewan atau serangga buas berbahaya, sehingga lebih suka menyebut desa dengan nama kelabang yang lebih lunak,” lanjutnya bercerita.
Meskipun begitu, nama punden di tengah desa tetap dipertahankan dengan nama Punden Kyai Kalajengking. Ini karena warga takut jika nama punden keramat itu juga diganti, penunggu gaibnya akan marah. Bahkan dikhawatirkan akan memberikan aura negatif bagi kehidupan warga desa Kelabang. Sekarang wilayah punden ini secara adminstratif, sebenarnya masuk ke desa Jatirejo, namun persis di perbatasan dengan desa Kelabang.
Sehingga masing-masing warga desa, baik warga Jatirejo maupun Kelabang mengklaim punden tersebut masuk wilayah desanya masing-masing. Meskipun demikian warga kedua desa secara rukun dan kompak saling memelihara keberadaan punden itu. Hal itu sesuai dengan petunjuk gaib serta pesan leluhur yang diterima warga desa dari waktu ke waktu. Secara resmi punden ini belum dimasukkan ke dalam peta destinasi atau tujuan wisata kabupaten Boyolali.
“Meskipun belum diakui secara resmi, nyatanya orang-orang yang datang ke sini jumlahnya bertambah banyak dari hari ke hari. Apalagi di jaman sekarang, banyak orang berharap bisa memperbaiki hidup atau memecahkan kesulitan hidup dengan mencoba peruntungan secara gaib,” bebernya panjang.
Bagi warga desa setempat, biasanya setiap tanggal 20 bulan Ruwah (Jawa) mengadakan sadranan di punden ini. Puluhan sesaji dan nasi tumpeng dihaturkan di lokasi punden. Selain ini warga bekerja bakti membersihkan lokasi. Dalam sadranan ini, warga luar desa banyak juga yang hadir. Dipercaya siapapun yang hadir serta ikut berdoa di dalam kompleks punden, maka cita-citanya dalam hal apapun akan terkabul.
Sementara bagi warga luar desa, akan datang di malam Jumat Legi dan Kliwon. Meskipun belakangan setiap malam juga ada satu dua warga yang datang. Menurut keterangan beberapa warga desa, jika malam Jumat banyak dipakai untuk ritual kerejekian. Artinya mereka datang karena terlilit masalah ekonomi. Mulai masalah banyak hutang, kalah tender, warung sepi, proyek gagal, gagal panen, dan lain-lain.
Profesi pedagang, pengusaha, petani, hingga makelar rumah atau tanah sering melakukan ritual di punden ini. Setiap malam Jumat dipastikan tercium asap dupa dan nyala api kecil dari kompleks punden. Malam-malam itulah saatnya aura gaib punden, dipercaya memberikan restunya bagi para pengunjung yang datang.
Ritual yang dilakukan cukup sederhana. Jika pengunjung banyak, cukup mengantri di depan gerbang kompleks. Di punden ini tidak ada juru kunci khusus, sehingga mereka bebas akan akan melakukan ritual di sudut manapun dari komplek.
“Dulu sempat ada juru kunci di punden ini, namanya Mbah Kromo kakek buyut saya. Tapi sejak meninggal sampai sekarang tak ada warga yang berniat meneruskan sebagai juru kunci, termasuk dari kalangan keluarga saya,” terang Anton lagi.
Itulah sebab, pengunjung datang langsung masuk komplek. Warga desa setempat juga sudah tahu kegiatan ini, dan mereka sudah maklum. Selama ini kegiatan di dalam komplek memang berjalan tertib, jadi warga juga tidak terganggu sedikitpun.
Mengenai tata cara ritual, semua bebas melakukan dengan caranya sendiri. Bahkan ada yang cuma masuk dan langsung berdoa di dekat punden. Atau ada juga yang berdoa di beberapa sudut komplek, atau di bawah pohon klepoh raksasa. Di samping timur dan belakang punden memang tumbuh pohon kepoh usia ratusan tahun.
“Namun ada pantangan bagi pengunjung yang harus benar-benar dihindari, yaitu jangan sekali-sekali berdoa atau duduk-duduk di sisi utara punden saat malam hari, terutama di antara akar tanaman kepoh yang menjalar hingga belakang punden,” ujar Suyatmo (62), salah satu warga lain di desa Kelabang.
Leave a Reply Batalkan balasan