
MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo– Sebuah rumah kuno yang terlihat reyot, masih berdiri sampai sekarang. Banyak kejadian mistis, masih dijumpai di rumah tersebut. Anehnya, setiap orang yang masuk ke sana justru merasa sejuk dan menemukan kedamaian. Kabarnya, rumah tersebut pernah ditinggali oleh permaisuri dari raja Paku Buwono VI Surakarta (PB VI). Bagaimana ceritanya?
Untuk menemukan lokasi rumah ini, memang butuh sedikit perjuangan. Maklum letaknya nyelempit atau berada di tengah pemukiman kampung. Mengandalkan google map pun bisa jadi kerap tersesat di jalan. Ini karena jalan masuk ke halaman rumah itu hanya ada satu. Ironisnya, meskipun menjadi bangunan yang punya nilai sejarah tinggi, tak ada satupun petunjuk atau papan nama yang menandai letak bangunan itu.
“Sebetulnya sejak lama keluarga kami ingin meronovasi bangunan ini. Namun karena kendala waktu dan dana, sampai sekarang rumah ini kami biarkan apa adanya dulu,” tutur Drs. R Surojo, salah satu kerabat yang juga ahli waris dari pemilik rumah tersebut.
Surojo berkisah, dari berbagai cerita yang ia rangkum dari orang tua, kerabat, dan para leluhur, rumah tersebut sejatinya pernah dihuni oleh seorang wanita cantik, yaitu Gusti Kanjeng Ratu Hemas (GKR). Atau dulunya adalah permaisuri dari Sinuhun PB VI, Raja Kasunanan Surakarta.
“Itulah sebabnya, rumah ini akhirnya dinamai Ndalem Ke-Mas-an,” sambung Surojo saat ditemui di halaman rumah Ndalem Kemasan pada Kamis kemarin (12/11/2020).
Pada jaman tersebut, terdapat konflik internal dalam kraton Surakarta. Puncak dari ontran-ontran itu, menyebabkan Sinuwun PB VI, ditangkap Belanda. Alasannya, beliau dituduh terlibat, dalam membantu perjuangan Pangeran Diponegoro di kala itu. Bahkan akhirnya dibuang ke luar pulau Jawa, yaitu ke wilayah Ambon.
Segera setelah PB VI dibuang ke Ambon, Raden Mas Malikis Solikin naik tahta menjadi raja yang bergelar Paku Buwono VII (PB VII). Begitulah intrik politik dan kekuasaan yang terjadi di dalam kraton. Akan halnya nasib GKR Mas sendiri, akhirnya terusir keluar dari tembok Kraton.
“Yang membuat pilu, saat itu GKR Mas sedang mengandung seorang bayi,” lanjut Surojo yang juga dikenal sebagai penggiat Budaya ini.
Atas saran para kerabat yang masih setia dengannya, GKR Mas akhirnya memilih tinggal di sebuah rumah di komplek Kepatihan. Atau sekitar 2 km arah utara dari tembok Kraton Surakarta. Rumah itulah yang kelak dikenal dengan nama Ndalem Kemasan. Di rumah tersebut, GKR Mas sebenarnya sudah tidak merasa asing lagi.
Maklum, dulu semasa masih bersama PB VI, ia sering menemaninya di rumah tersebut. Rumah tersebut sejuk dan teduh, karena dikelilingi pohon-pohon besar. Juga terdapat blumbang (kolam), serta beberapa ruangan untuk ritual bertapa sang suaminya (PB VI). Termasuk sebuah gua keramat di pinggir kolam. Gua itulah tempat yang paling disukai oleh PB VI untuk melakukan laku spiritual. Seperti ritual bertapa, tirakat, atau lelaku dan meditasi lainnya.
GKR Mas memilih rumah itu, karena berdasar nasehat kerabat dan beberapa pertimbangan yang masuk akal. Ia yang berasal dari Walen, Simo, Boyolali, sebenarnya bisa saja pulang ke tanah kelahirannya. Namun hal itu tak dilakukannya, demi masa depan si jabang bayi yang dikandungnya.
Leave a Reply Batalkan balasan