MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo: Tak pernah ada yang menyangka jika lintas profesi atau pekerjaan seringkali merupakan takdir yang patut disyukuri. Begitu pula dengan pria muda asal Solo berikut ini. Karena hobi yang kuat dengan dunia ikan hias, tak ayal predikat pemborong bangunanpun rela ditinggal demi mengejar impian.
Setelah berkubang dengan hobi beragam ikan hias, akhirnya kecintaan dan kegilaannya ditambatkan pada ikan hias air tawar jenis Betta, atau di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan ikan Cupang. Selain itu, ia juga berkutat dalam penemuan strain baru jenis ikan Siklid. Beberapa jenis siklid terkenal antara lain Red Devil, Zebra, Mujair, Lou Han, dan lain-lain.
“Sejak tahun 1995 silam saya sudah mengawali dengan mencoba memelihara ratusan ikan hias,” ujar Ryan (47), seorang pelaku bisnis ikan hias Cupang saat ditemui majalahkisahnyata.com di rumahnya, di Jl. Harjodipuran No. 30 Solo, Jateng.
Sebelumnya ia bekerja sebagai pemborong dan konsultan bangunan. Namun entah mengapa jiwanya sering berontak dengan profesi tersebut. Akhirnya dengan tekad mantap dan sedikit tabungan hasil kerja, ia menfokuskan diri untuk berbisnis ikan hias. Pria yang punya nama lengkap Ryan Widarias Toyo ini mengaku sekitar 127-an jenis ikan hias sempat dikoleksinya kala itu.
Mulai ikan hias murah hingga ikan hias kelas mahal semua dipelihara dalam akuarium yang berbeda. Itulah awal mulanya. Bermula dari hobi, akhirnya ditekuni serius dunia ikan hias. Dinamika hobi dan bisnis ikan hias semakin berpihak padanya kala booming ikan hias jenis LouHan meledak. Nyaris setiap orang menjadikan aktivitas memelihara ikan Louhan sebagai salah satu gaya hidup yang hukumnya wajib. Saat itulah ikan hias secara keseluruhan mulai dilirik masyarakat.
Seiring perkembangan, dunia ikan hias tetap berjalan. Namun item yang menjadi trend silih berganti. Nah mengantisipasi fenomena musiman atau trend tersebut pria ini mulai mencari format bisnis dan hobi yang pas untuk digarap. Akhirnya ia lebih fokus dan lebih serius menjadi breeder ikan hias. Pada perkembangannya ia lebih sering pada kegiatan silang-menyilang ikan hias.
“Selain budidaya dan pembesaran, akhirnya saya lebih tertarik pada bagaimana menghasilkan silangan ikan hias yang unggul. Baik unggul dalam bentuk, warna, pigmentasi menarik, kebal penyakit, tahan perubahan lingkungan atau suhu,” lanjut pria yang telah dikaruniai anak satu ini.
Dan sejak saat itulah pilihan jenis ikannyapun juga makin fokus. Ia sementara hanya bermain pada ikan jenis Betta (cupang) dan jenis iklan Siklid. Alasannya waktu itu adalah kedua jenis ikan tersebut meskipun telah banyak jenis atau strain yang bermunculan, namun secara kualitas masih kalah jauh dengan jenis ikan-ikan hias jenis lain.
“Yang memprihatinkan adalah dari segi kesehatan dan ketahanan tubuh ikan tersebut masih kurang,” ungkap suami dari mbak Florentina ini.
Menurut pria yang sering dipanggil dengan julukan Ryan Olympus, hal tersebut disebabkan permintaan pasar yang banyak, hingga para peternak asal main cetak demi memenuhi permintaan pasar. Dengan kata lain hasil produksi ikan tidak diimbangi dengan kualitas kesehatan, dan juga perhatian pada asal-usul induknya.
Padahal jika kualitas ditingkatkan, serta asal-usul induk dijaga atau dikelola dengan baik, maka kemunculan strain atau jenis baru yang berkualitas bagus bisa semakin banyak, beragam, dan tidak akan pernah habis.
“Hal itulah yang mendorong saya untuk tertantang memproduksi dan mengembangkan ikan eksotik ini secara sungguh-sungguh,” aku penemu varian ikan Olympus tersebut dengan semangat.
Pelan tapi pasti, namanya mulai dikenal dalam dunia ikan hias, terutama dalam soal varian-varian ikan hias baru, baik Betta maupun Siklid. Tak terhitung media massa yang sudah mengeksposnya. Baik cetak dan elektronik. Malah beberapa diantaranya menawari dalam bentuk kontrak kolom tulisan. Dan prestasinya benar-benar meledak saat MURI (Musium Rekor Indonesia) memberinya penghargaan atas penemuannya dalam soal silang menyilang ikan Siklid.
Leave a Reply Batalkan balasan