MISTERI BUMI ARUM MAJASTO… Aroma Wangi dari Liang Kubur 0,5 Meter

Makam Eyang Sutawijaya
Makam Eyang Sutawijaya

MAJALAHKISAHNYATA.COM, SUKOHARJO: Di sebuah bukit di Pegunungan Kendeng Kidul, Desa Majasto, Tawangsari, Sukoharjo, Jateng, terdapat kompleks makam tokoh Ki Ageng Sutawijaya. Dia salah satu keturunan dari raja Majapahit terakhir, yaitu Prabu Brawijaya V. Tokoh yang sering dijuluki Ki Joko Bodho ini terkenal akan kesaktiannya. Di masa hidupnya ia menjadi guru dari tokoh Joko Tingkir yang juga sangat terkenal.

Dalam pengembaraannya itulah ia sampai di desa Majasto. Di bukit Majasto ia berkelahi dengan pasukan jin penguasa bukit Majasto. Akhirnya jin berhasil dikalahkan dan diusir ke pulau Bali. Setelah pengusiran itu, akhirnya ia tertarik untuk memeluk agama Islam dan mendirikan Masjid di bukit. Setelah pengikutnya banyak, akhirnya ia meninggal serta dimakamkan di sana.

“Oleh warga kami, makam ini dinamakan Makam Bumi Arum Majasto,” ujar Abdullah (71), seorang Juru Kunci dari kompleks makam Majasto pada majalahkisahnyata.com.

 Masyarakat desa Majasto sendiri biasa menyebut leluhur Sutawijaya dengan sebutan Eyang Sutawijaya. Di kompleks pemakamannya juga dipakai oleh warga sekitar untuk mengubur warga desa yang meninggal. Roh Eyang Sutawijaya dianggap masih hidup dan selalu memunculkan misteri gaibnya. Begitu pula dengan pemakaman dari warga desa setempat di kompleks makam. Juga cukup unik dan agak lain dari pemakaman umum lainnya.

Pak Dul, Juru Kunci Makam Ki Ageng Eyang Sutawijaya

Di pemakaman tersebut warga mengubur jasad jenazah cukup dengan kedalaman paling banter setengah meter. Jika dilihat dari kenyataan itu memang sedikit aneh. Penguburan mayat pada umumnya atau biasanya pada kedalaman di atas satu meter atau lebih. Tujuannya tentu saja untuk mengantisipasi agar bau busuk mayat tidak sampai keluar dari permukaan tanah. Karena proses urai bakteri mayat manusia biasanya sangat lama, jadi itulah sebabnya mayat dikubur dalam-dalam.

“Namun di makam ini, seluruh warga desa Majasto percaya hanya dengan mengubur setengah meter mayat tak akan tercium bau busuknya sampai menjadi tulang belulang,” lanjutnya lagi.

Lalu mengapa mereka melakukan hal tersebut?

Menurut juru kunci yang sering dipanggil pak Dul ini, hal tersebut ternyata berkaitan dengan legenda dari tokoh Eyang Sutawijaya. Sebelum meninggal Eyang berpesan agar warga sekitar selalu menjaga bukit itu sebaik-baiknya dan jangan sampai merusak alam di bukit dengan sembarangan. Dan sebagai hadiah atas kepatuhan warga melaksanakan amanat itu, maka Eyang menyulap wilayah desa terutama tanah di bukit dan sekitar bukit makam menjadi berbau arum (Harum Wangi).

Untuk membuktikan janjinya, lewat wisik mimpi yang diterima oleh leluhur desa Majasto, Eyang menyuruh warga desa yang meninggal untuk dikubur dengan lubang kubur yang sangat dangkal saja tak perlu dalam-dalam. Dan memang terbukti sejak dulu hingga sekarang mayat yang dikubur dangkal memang tak pernah mengeluarkan aroma busuk ke permukaan tanah.

Gapura Masuk Makam Bukit Arum Majasto

Sejak saat itulah hingga sekarang warga sangat percaya betul dengan kesaktian sang Eyang. Warga dari luar desa yang meragukan kebenaran cerita itu sering datang ke lokasi bukit makam dan mencium tanah di lokasi. Dan memang bau harum tanahnya agak lain dan memiliki ciri khas yang tak dimiliki oleh tanah dari wilayah lain.

“Apalagi saat musim hujan tiba, bau harum tanah khas perbukitan sini bisa tercium hingga ke luar desa,” lanjutnya.

Namun versi lain menyebut bahwa yang dimaksud dengan bau harum tanah adalah secara spiritual atau metafisika. Artinya istilah harum di sini bukan secara kasat mata yang dapat dicium melalui hidung, melainkan melalui mata batin. Tapi terlepas dari versi manapun, yang jelas warga sekitar secara turun temurun memang mengubur mayat di lubang kubur dangkal hingga sekarang ini. Dan ajaibnya juga tak pernah ada bau busuk menyengat dari dalam lubang yang keluar ke permukaan tanah.

Bahkan kisah aneh lagi adalah saat dulu ada mayat warga desa yang letak penguburannya berada di lereng bukit. Baru dua hari dikubur tiba-tiba hujan deras datang. Dan tanah di lokasi penguburan itu sedikit longsor. Otomatis lubang kubur juga ikut longsor. Hingga terlihat pemandangan seram, jasad mayat ikut longsor. Namun anehnya mayat itu sama sekali tak mengeluarkan bau busuk. Bahkan wujudnya sudah berubah, hanya tinggal tulang belulang tanpa daging busuk sama sekali.

“Yang paling aneh adalah saat dulu ada orang ingin memindah kubur sekalian membuat batu nisan atau kijing,” ceritanya.

Jasad Mayat Cukup Dikubur Setengah Meter

Inilah Alasan MISTIS, Kenapa Kraton SURAKARTA Batal BERDIRI di Sekitar BEKONANG…

https://www.youtube.com/watch?v=fsYsgQo2p0M MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo- Pada tanggal 17 Februari 1745 (Masehi), Kraton Kartosuro pindah ke desa Sala. BACA LEBIH LANJUT.......

Misteri Bambu SAMBUNG ROGO COMBONG – KURUNG DAMAR MURUB PITU Dari Kampung Trah Kalang- Kisah Perburuan Bambu Bertuah (Ngaji Deling III)

Kesunyian kampungnya trah kalang, siang itu terjawab di tulisan Kulturasi Spirit dan Budaya ini.

INILAH RAHASIA BAMBU KENDIT NIRMALA JATI YANG DIJAGA 5 ULAR GADUNG LUWUK – Kisah Perburuan Bambu Bertuah (Ngaji Deling II)

Selesai berdoa, kuamati rumpun sebelah barat. Dan kutemukan satu batang miring kecil, seukuran jempol kaki. BACA LEBIH LANJUT.......

SABETAN SEKSI… Dalang Cewek Wayang Kulit…

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Sukoharjo: Secara umum, seni pertunjukan wayang kulit selama ini didominasi kaum lelaki, terutama pada BACA LEBIH LANJUT.......

Pengrajin Topeng Klasik dari Desa Jatisobo

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Sukoharjo:  Di wilayah eks-karesidenan Surakarta atau yang kini akrab disebut Solo Raya terdapat seorang BACA LEBIH LANJUT.......

About admin 357 Articles
Mapag Pedhut

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*