MAJALAHKISAHNYATA.COM, Solo: Setiap hobi pasti ada penyaluran. Jika tidak disalurkan atau diwadahi, pasti bikin geregetan. Begitu pula dengan pecinta atau penghobi olahraga pit onthel. Seperti komunitas sepeda onthel (sepeda kayuh) di kota Solo, Jateng berikut ini. Tak mau kalah dengan kota-kota lainnya, komunitas sepeda onthel di sini mengayuh bersama. Dan melebur diri dalam wadah yang diberi label SOLO, singkatan dari Sepeda Onthel Lawas Solo.
“Sebenarnya ada beberapa komunitas serupa di kota Solo sini. Tapi selama masa pandemi corona, semua langsung vakum. Dan sekarang, karena kondisi sudah new normal, maka semua seperti keluar dari sarangnya,” ujar Dian ABS (33), salah seorang penggagas komunitas SOLO saat ditemui majalahkisahnyata.com di City Walk pasar Ngarsopuro Solo beberapa waktu lalu.
Dian yang mempunyai nama lengkap Arifyanto Budi Santosa ini, menuturkan, komunitas ini didirikan berdasar berbagai pertimbangan. Diantaranya semakin banyaknya pecinta atau hobis sepeda onthel tua di kota Solo. Baik hobis sebagai pengguna maupun sebagai hobis koleksi. Di sisi lain kurang ramahnya lalu-lintas, atau fasilitas minim bagi penghobi olahraga sepeda onthel, menjadi tantangan tersendiri bagi anggota komunitas ini.
“Itulah sebab untuk menyatukan misi dan visi, tanggal 8 Agustus 2008 silam kami sudah meresmikan berdirinya komunitas SOLO,” jelas pria alumnus Fakultas Teknik Arsitektur UNS ini.
Tanggal deklarasi komunitas tersebut memang sengaja dibuat unik. Yaitu ada deretan angka 8 semua (tanggal 08-08-2008). Sejak dideklarasikan hingga sekarang sudah ada sekitar 200-an anggota yang bergabung. Setiap anggota mendapat kartu anggota komunitas. Hampir dari semua kalangan atau profesi ada dalam anggotanya. Mulai pelajar sekolah, mahasiswa, pegawai swasta dan negeri, banyak yang tertarik untuk bergabung.
Saat ini, usia termuda anggota SOLO adalah pelajar SMP. Sedangkan anggota tertua adalah seorang pensiunan PNS. Sementara dari segi jenis kelamin, komunitas ini masih didominasi cowok. Hanya sekitar 20 % saja anggota yang berstatus cewek.
Selama berdiri hingga sekarang sudah beragam kegiatan dilakukan oleh komunitas ini. Baik kegiatan rutin atau kegiatan yang berhubungan dengan event-event tertentu. Kegiatan rutin adalah tour sepeda dengan berbagai rute. Rute yang kerap dijalani adalah tour sepeda Solo-Yogya. Rute ini nyaris menjadi acara bulanan, bahkan seringkali menjadi acara mingguan. Sering juga rute dibuat sedikit variatif dengan melewati jalur Solo-Pacitan, Solo-Wonogiri, atau Solo-Ponorogo.
“Sering pula kami melakukan rute dengan kategori ektrim,” lanjut suami dari mbak Diah Ayu ini.
Rute ektrem yang dimaksud adalah rute yang dianggap panjang, atau long journey. Seperti misalnya Solo-Jakarta, Solo-Malang, atau Solo-Surabaya. Biasanya rute tersebut khusus menghadiri undangan dari komunitas lain atau event lain yang diadakan oleh kota-kota lain. Karena termasuk rute ekstrem, peserta yang terlibat biasanya hanya terbatas sesuai dengan kemampuan atau minat masing-masing anggota. Untuk rute-rute seperti itu paling banter hanya melibatkan maksimal lima hingga sepuluh onthelis (pengendara) saja.
Sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan event sangatlah banyak. Biasanya setiap ada acara resmi dari pemkot (pemerintah kota) Solo, komunitas mereka selalu diundang untuk menyemarakkan acara. Seperti misalnya karnaval batik Solo, konser musik etnis (SIPA), kirab budaya ulang tahun kota Solo, atau karnawal Tujuhbelasan hari Proklamasi RI.
Tak hanya itu saja. Kegiatan yang berhubungan dengan misi sosial juga sering diadakan. Seperti saat dulu bencana gunung Merapi meletus. Mereka beramai-ramai mengumpulkan bantuan dan mengirimkan langsung ke lokasi pengungsian. Juga beberapa kali mengadakan pelatihan kesehatan, serta donor darah massal. Baik bagi anggota maupun masyarakat umum dengan menjalin kerja sama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) setempat.
Leave a Reply Batalkan balasan