Kolekdol Sepeda Klasik….Jadi Sumber Tambahan Rupiah

“Sering saya membawa uang ke pasar hanya untuk membeli satu sepeda. Eh karena di lokasi ternyata harga sepeda sangat murah, akhirnya saya keterusan membeli dua sekalian,” lanjutnya terkekeh.

Di pasar-pasar tradisional sekitar kota Klaten sendiri juga banyak sentra-sentra penjual sepeda jenis klasik tersebut. Biasanya pasar-pasar tersebut semakin ramai saat memasuki hari pasaran tertentu (kalender Jawa). Misalnya saat hari pasaran Pon, atau Legi di pasar Gawok terlihat lebih ramai dari hari-hari biasanya. Nah di saat-saat itu, biasanya jumlah bakul sepeda klasik juga bertambah banyak. Tentu peluang mendapatkan harga murah, atau mendapatkan jenis yang dicari semakin terbuka lebar.

Selain menjual sepeda, di pasar-pasar tersebut para penjual juga menggelar jual beli onderdil sepeda klasik. Seperti lampu sepeda, logo sepeda, sadel, slebor, pedal, hingga asesoris lain seperti tas bagasi sepeda, topi klasik, dll. Sehingga jika sepeda yang diburu dirasa ada yang kurang kelengkapannya, bisa disempurnakan di bursa onderdil tersebut.

Tri sendiri sering mengajak istrinya keluar di saat senggang. Selain berekreasi mengayuh sepeda, juga sekalian mencari-cari jenis sepeda tertentu di pasar atau keramaian. Mereka sengaja mengendarai sepeda klasik agar lebih santai dan lebih sehat.

Tak jarang di perjalanan, banyak penghobi atau penggemar sepeda klasik lain tertarik dengan sepeda yang mereka pakai. Sehingga justru sepeda mereka akhirnya laku dibeli oleh orang di tengah perjalanan. Yah, namanya saja kolekdol. Jadi jika dirasa menguntungkan, tentu barang yang dikoleksi juga dijual lagi.

Terkadang harus mengganti ban baru

“Pernah saya akhirnya berdua sama istri pulang naik ojek, gara-gara sepasang sepeda yang kami pakai malah dibeli orang di sebuah keramaian CFD (Car Free Day),” ceritanya mengenang.

Lalu berapa sebenarnya harga-harga sepeda klasik tersebut?

Menurut Tri, sebenarnya sangat sulit untuk memberikan peta atau gambaran harga sepeda klasik tersebut. Karena barang antik atau sepeda klasik memang mempunyai daya tawar atau nilai yang sangat beragam. Bisa jadi di satu wilayah, jenis sepeda tertentu harganya dibandrol cukup murah. Namun di wilayah lain harganya malah justru melambung tinggi.

Meskipun begitu secara umum harga sepeda-sepeda klasik tersebut sangat beragam. Mulai paling murah, hanya berkisar Rp 1 jutaan, hingga paling mahal Rp 30 jutaan. Namun jika beruntung, bisa mendapatkan harga hanya ratusan ribu rupiah saja dari para pemiliknya. Mungkin pemilik sudah bosan menyimpan. Atau memang menganggap sepeda terssebut hanyalah barang rongsokan yang layak dibuang. Sehingga dibeli dengan harga berapapun langsung dilepas.

Lampu depan sering jadi indikator kelengkapan sepeda klasik

“Pernah saya membeli sepeda merk gazelle, dari pemiliknya cuma dijual Rp 200 ribu. Memang ada beberapa bagian yang hilang, seperti slebor dan lampu depan. Tapi setelah saya re-kondisi kembali malah bisa laku Rp 2,5 juta,” katanya bangga, sambil menunjukkan beberapa koleksi sepeda klasiknya di belakang rumah.

Kini, Tri mengaku masih terus menggilai koleksi sepeda klasiknya. Dimana ada info sepeda klasik murah, atau merk sepeda yang sedang diburunya, ia langsung bergerak mendatanginya. Mulai pasar tradisional Klaten, Sukoharjo, Solo, Sragen, Karangnyar, Boyolali, semua ia jelajahi demi memburu sepeda incarannya. Bahkan ia pernah mendatangi wilayah Purwodadi, Grobogan. Hasilnya, saat pulang bak mobilnya terisi penuh dengan 5 sepeda klasik yang berbeda-beda merk.

Dari hobi kolekdol sepeda klasik ini, ia mengaku mendapat keuntungan lumayan. Paling tidak selama trend sepeda di masa pandemi corona ini, ia bisa melepas puluhan sepeda dengan keuntungan puluhan juta rupiah.

Banyak penggemar sepeda yang mencari sepeda klasik untuk dimodifikasi dengan fitur sepeda  modern. Misalnya dilengkapi dengan gear sistem banyak gigi. Juga dilengkapi dengan layar indikator kecepatan (speedo meter). Atau juga sekedar dipoles dengan asesoris tas barang di sepeda. Bahkan ada juga yang nekad dengan menyematkan asesoris senapan di bagian samping sepeda.

“Maklum cita rasa, dan kreatifitas para penggemar sepeda berlainan. Ada yang sebang dengan original klasik apa adanya. Namun ada juga yang senang dengan klasik bergaya modern. Dan ada pula yang ekstrem menyematkan fitur-fitur gila di bodi sepeda,” pungkas Tri mengakhiri obrolan.  (Dia)

sumber: http://majalahkisahnyata.com/

MISTERI KAMAR NOMOR 13 DI HOTEL CAKRA YANG TIDAK BOLEH DIBUKA…ADA APA ?

SOLO : Sebuah hotel angker dikenal dengan nama hotel Cakra di wilayah Kelurahan Kemlayan, Kecamatan BACA LEBIH LANJUT.......

SAAT EYANG LAWU TAGIH JANJI… INI YANG DILAKUKAN TNI AD BERSAMA MASYARAKAT NGAWI

NGAWI : Pasca Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Gunung Lawu beberapa waktu lalu, TNI AD BACA LEBIH LANJUT.......

BUKAN ISAPAN JEMPOL… SIAPKAN SENJATA ANDA…75 ZOMBI DIAM-DIAM SUDAH MASUK KUASAI KOTA SOLO…

SOLO : Tanpa raungan sirene peringatan, mendadak barisan zombi seram sudah masuk kota Solo. Sekitar BACA LEBIH LANJUT.......

VIRAL… RATUSAN WARGA JELOBO MENDADAK DIKOCOK PERUTNYA OLEH TIGA MAKHLUK GAIB

KLATEN – Trio Pelawak kondhang sukses menghibur warga Desa Jelobo, Wonosari, Klaten, Jateng, pada hari BACA LEBIH LANJUT.......

TERNYATA EMPAT BENDA INI YANG WAJIB ADA DALAM RITUAL UMBUL DONGA DI BENTENG KARTASURA

KARTASURA : Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kartasura yang ke-343 tahun ini terasa istimewa. Karena BACA LEBIH LANJUT.......

MERIAHKAN HUT KLATEN 219 DAN HUT RI 78 KECAMATAN TULUNG KLATEN GELAR KIRAB BUDAYA

KLATEN – Beragam kesenian dan potensi dari 18 desa se-Kecamatan Tulung, Klaten, Jateng digelar pada BACA LEBIH LANJUT.......

About admin 379 Articles
Mapag Pedhut

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*