Misteri Panggilan Wanita Cantik… Di Kedung Turuk

Kepala Misterius di Kedung Turuk
Kepala Misterius di Kedung Turuk

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Wonogiri- Sebuah air terjun yang sangat indah ditemukan di dusun Melati, Keloran, Selogiri, Wonogiri, Jateng.  Air terjun itu juga unik karena tebingnya berbentuk alat kelamin wanita yang sangat besar. Sehingga warga setempat menamakan dengan Air Terjun Kedung Turuk (Bahasa Jawa). Tak hanya keindahan dan keunikannya saja yang membuat pengunjung penasaran. Konon, banyak arwah wanita cantik sering gentayangan di lokasi ini. Wah…serem tapi asyiik…

Air Terjun Kedung Turuk mulai ditemukan sekitar tahun 2010 lalu. Letaknya di lereng gunung yang oleh warga setempat dinamakan Gunung Margoboyo. Sejak ditemukan, kawasan Air Terjun Kedung Turuk memang belum seramai tempat wisata lainnya. Ini karena potensi wisata itu belum digarap secara maksimal. Akses jalan ke lokasi masih jalan setapak, melewati ladang dan sawah penduduk. Begitu pula sarana penunjang lain, belum selengkap tempat wisata air terjun lainnya.

“Meskipun begitu, jika kebetulan pas hari Minggu atau liburan sekolah pengunjung yang datang sudah lumayan,” ungkap Supardi (47), kepala dusun di dusun Melati.

Malah beberapa organisasi kepramukaan dan pecinta alam sudah menjadikan tempat ini sebagai lokasi kegiatannya. Bahkan di malam haripun banyak pengunjung yang datang sekedar mencari kodok hijau. Di tempat ini memang banyak sekali ditemukan kodok hijau yang ukurannya besar-besar. Jadi bagi yang suka menyantap masakan kodok hijau, di sinilah surganya berburu kodok hijau.

Air Mengalir Dari Celah batu Kedung Turuk

Asal muasal nama Kedung Turuk memang diberikan karena bentuk fisik dari tebing air terjun.  Yaitu berupa bongkahan batu besar dan panjang. Uniknya batu itu di sepanjang garis tengahnya berbentuk cekungan yang dilewati aliran air terjun. Sehingga jika dilihat sekilas memang mirip dengan alat kelamin wanita. Atau dalam bahasa Jawa sering disebut Turuk.

“Meskipun namanya terdengar saru (kurang sopan), namun sudah sejak lama sesepuh dusun kami menyebutnya begitu,” bebernya.

Sebenarnya jauh sebelum tahun 2010, beberapa sesepuh dan warga desa sudah mengetahui keberadaan Air Terjun Kedung Turuk. Hanya saja saat itu akses ke lokasi masih sulit. Harus melewati hutan dan semak belukar yang lebat. Bahkan jalan yang menanjak dan diapit jurang curam menjadikan warga desa enggan pergi ke sana. Mereka hanya pergi saat musim padusan (mandi) sebelum bulan puasa serta kungkum (berendam) saat musim lebaran tiba.

“Masyarakat desa kami percaya, dengan melakukan padusan dan kumkum di sana (Kedung Turuk) akan mendapat berkah dari Tuhan dan alam sekitarnya,” tuturnya.

Supardi Kepala Dusun Melati

Selain Kedung Turuk sebenarnya masih banyak lagi air terjun di lokasi. Semuanya berasal dari satu sumber mata air dan mengalir dalam sungai yang sama, meskipun kadang bercabang. Namun letaknya berbeda atau bertingkat-tingkat. Diantaranya adalah Kedung Turuk, Banyu Anjlok, Kedung Dandang, Kedung Bunder, Jurang Gandil, Kedung Padusan, serta Kedung Ringin.

Air terjun paling atas adalah Kedung Padusan. Letaknya sekitar 3 km dari Air Terjun Kedung Turuk. Jika ditempuh dengan jalan kaki, membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Kedung inilah yang sebenarnya dulu digunakan untuk padusan bagi warga, khususnya bagi orang tua dan sesepuh desa. Namun bagi anak-anak sudah cukup jika padusan atau kungkum di Kedung Turuk yang letaknya di bawah, atau mudah dijangkau.

“Ada sebuah cerita dari warga desa, dulunya semua aliran air terjun di gunung Margoboyo pernah disumpal (dibendung), termasuk Kedung Turuk,” ceritanya tiba-tiba.

Dulu aliran sungai yang datang dari Kedung Turuk sangatlah besar. Sehingga saat musim penghujan alirannya bagaikan banjir bandang. Bahkan sering menerjang areal persawahan dan kebun penduduk. Tak ayal penduduk desa was-was dan selalu merasa ketakutan. Para orang tua desa akhirnya mengadakan rapat, dan sepakat untuk menutup atau membendung sebagian aliran kedung. Dengan menutup sebagian atau membendung aliran diharapkan air yang mengalir menjadi lebih kecil dan tidak terlalu deras.

Sering Dipakai Ritual Sentuh Batu Kedung Turuk

Namun maksud menyumpal dari para orang tua desa itu bukanlah dalam arti sebenarnya, yaitu membendung aliran dengan batuan, pasir atau material lain. Melainkan menutup sebagian aliran dengan cara gaib. Mereka mengadakan ritual gaib khusus agar aliran tersebut tertutup dengan sendirinya. Beberapa syarat ritual lengkap dengan sesajinya pun dilakukan.

“Yang masih saya ingat syarat wajibnya adalah sesaji persembahan berupa sapu duk (berbahan rumput rayung) serta seekor kambing kendit (kambing dengan bulu putih melingkari tubuhnya),” ceritanya.

Dua sesaji persembahan itu didoakan selama beberapa hari tanpa pernah berhenti. Beberapa warga bergantian melakukan ritual doa di lokasi Kedung Turuk. Mereka dengan suka rela menggantikan posisi rekan lain yang telah kelelahan. Ritual baru berakhir saat warga sudah mendapat petunjuk gaib. Pada hari keempat, sesepuh desa mengatakan sudah mendapat wangsit gaib.

Akhirnya dua sesaji persembahan utama itu ditanam dalam dua titik lokasi di atas kedung. Ritual itu sekaligus mengakhiri prosesi ritual warga selama empat hari sebelumnya. Sedangkan titik-titik dimana sesaji ditanam itu, diyakini mengandung kekuatan gaib milik penunggu gaib kedung. Penunggu gaib dari kedung dipercaya merupakan sepasang pangeran dan putri dari kahyangan.

Lokasi Atas Air Terjun

“Sesepuh kami dulu ada yang bilang penunggunya bernama Dewi Telasih bersama pangeran yang sangat dicintainya,” tuturnya lagi.

Sebelum ritual dilakukan, penunggu gaib diyakini berada dalam Kedung Padusan yang letaknya paling atas. Namun semenjak dilakukan ritual menutup kedung, pasangan penunggu gaib dipercaya pindah ke Kedung Turuk. Mereka turun untuk membantu warga yang melakukan ritual. Sejak ritual selesai hingga sekarang ini, pasangan penunggu gaib itu masih setia berada di sekitar Kedung Turuk.

Ajaibnya, sejak ritual menutup kedung selesai dilakukan, maka aliran sungai dari kedung tiba-tiba menyusut surut. Bahkan di musim hujan sekalipun aliran air tetap stabil tidak membesar dan deras seperti banjir bandang sebelumnya. Wargapun kembali lega tidak was-was lagi. Bahkan anak-anak kecilpun sudah berani bermain dan mandi hingga ke tengah kedung.

Sudah Mulai Ramai Didatangi Wisatawan

Seiring perjalanan waktu, pegunungan Margoboyo mengalami dinamika alam. Sejak resmi ditemukan dua tahun lalu, tiba-tiba saja airnya semakin menyusut. Hal itu diperparah dengan panjangnya musim kemarau. Sementara wisatawan yang sudah mulai ramai di lokasi ini, tentu akan kecewa jika melihat air terjun kering dan tidak mengalir sama sekali.

“Akhirnya demi kebaikan dunia wisata di desa kami, dilakukan ritual membuka sumpal atau penutup kedung yang dulu pernah kami tanam,” ujarnya.

Dengan ritual khusus, titik sumpalan kedhung akhirnya dicabut kembali. Hasilnya, aliran air kembali normal seperti dulu. Warga juga tak takut lagi, luapan air bakal menerjang kebun atau sawahnya. Karena warga sudah gotong-royong membuat jalan/saluran air baru di bawah air terjun. Jalan baru tersebut, terbukti bisa menampung aliran air yang meluber dari atas.

Kerap Muncul Penampakan Wanita Cantik

BEGINI KONDISI MASJID TIBAN WONOKERSO-Misteri Kitab Al Quran Super Mini Tersimpan di Sana…

Bahwa di Masjid ini konon tersimpan sebuah kitab Stambul/Istambul. Yaitu kitab sakral layaknya Al-Quran besar, BACA LEBIH LANJUT.......

MISTERI CIUMAN PUTRI CANTIK DI SENDANG SINONGKO : Tuah Gaib Watu Kosek Membuat Prajurit Kebal Senjata…

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Wonogiri- Salah satu petilasan dari raja Mangkunegoro I, yaitu Raden Mas Said, atau yang BACA LEBIH LANJUT.......

RITUAL PENGLARIS KULINER SOTO… Ada di Pertapaan Kyai Semar Girimanik

MAJALAHKISAHNYATA.COM, WONOGIRI: Jika anda pernah pergi atau paling tidak mendengar nama gunung Lawu di Jawa BACA LEBIH LANJUT.......

MISTERI SUARA GAMELAN… Di Air Terjun Watu Jadah

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Karanganyar: Air Terjun Watu Jadah terletak di dusun Nggrenjeng, Desa Girimulyo, Kecamatan Giripurno, Wonogiri, BACA LEBIH LANJUT.......

Jualan Nasi Tiwul….. Beromzet Rp 4 Juta Per Hari

MAJALAHKISAHNYATA.COM, Wonogiri: Siapa sangka, dari berjualan nasi tiwul sederhana, mampu meraup omzet jutaan rupiah tiap BACA LEBIH LANJUT.......

SRI MULYANI HADIRI FESTIVAL GUNUNGAN CANDI KEMBAR, INI PESAN PENTINGNYA…

KLATEN – Delapan gunungan hasil bumi, diarak sepanjang Candi Sewu hingga komplek Candi Plaosan pada BACA LEBIH LANJUT.......

About admin 464 Articles
Mapag Pedhut

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*